Sejumlah kepala desa mengaku resah dengan tindakan BN dan AC, yang dinilai lebih menyerupai aksi premanisme ketimbang praktik jurnalistik yang beretika. Salah satu kepala desa, yang meminta identitasnya dirahasiakan, bahkan mengaku sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. Ia mengungkapkan bahwa dirinya bersama warga telah menyiapkan langkah tegas jika kedua oknum tersebut kembali mendatangi desanya.
"Kami sudah cukup bersabar. Jika mereka datang lagi untuk mengintimidasi kami, warga tidak akan tinggal diam. Kami siap melakukan tindakan tegas, bahkan tidak menutup kemungkinan terjadi pengeroyokan!" ujarnya dengan nada geram.
Di kalangan sesama wartawan, sepak terjang BN dan AC juga menuai kecaman. Banyak jurnalis profesional di Malang Raya merasa citra mereka tercoreng akibat ulah dua oknum tersebut. Wartawan di wilayah ini selama ini dikenal memiliki integritas tinggi dalam menjalankan tugas jurnalistik. Namun, ulah BN dan AC justru memperburuk pandangan masyarakat terhadap profesi wartawan.
"Kami sebagai jurnalis yang bekerja secara profesional sangat malu dengan tindakan mereka. Apa yang mereka lakukan bukanlah kerja jurnalistik, melainkan pemerasan berkedok pers," ujar salah satu wartawan senior yang enggan disebutkan namanya.
Masyarakat dan pejabat di Malang Raya kini berharap agar aparat penegak hukum turun tangan untuk menindak tegas oknum-oknum yang mencoreng dunia jurnalistik ini. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin praktik serupa akan terus terjadi dan semakin merugikan banyak pihak.